Demokrasi Cacat Sejak Lahir, Ustadz Pengikut Demokrasi Ustadz Cacat
Posted by Unknown on Minggu, 19 Mei 2013 | 0 komentar
Demokrasi Cacat Sejak Lahir, Ustadz Pengikut Demokrasi Ustadz Cacat | Demokrasi Buatan Orang Kafir ?
BLORA (voa-islam) -
Di tengah arus liberalisasi dan demokrasi yang begitu kencang,
menyerang dan menggerogoti NU sebagai ormas Islam terbesar di
Indonesia, muncul seorang ustad yang lama belajar di pondok NU, sangat
tegas dan pemberani dalam menyampaikan risalah Islam.
Terutama menyampaikan kebenaran dalam menjaga tauhid umat Islam agar tidak luntur oleh millah kekafiran di zaman modern.
Ustadz
Mustaqim, Lc alumni pesantren NU Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, Jawa
Timur ini, beliau kembali menangapi beber
apa kasus yang hangat seputar
akhlak aktivis dakwah yang terjerembab dalam demokrasi dewasa ini.
Dalam
kesempatan kajian umum bulanan, Ahad Legi 12 Mei 2013, yang bertajuk
‘Kewajiban Berakhlak Karimah” di Masjid Darusalam Ngawen, Blora, Jateng
, dalam muqaddimahnya beliau menyampaikan surat Al-Baqoroh : 208,
kemudian beliau menjelaskannya.
”Ketika
kita mengaca kepada sejarah dakwahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam. Rasulullah ketika berdakwah dari awal itu bissilmi kaffah, bukan memakai sistem yang dipakai orang hari ini. Mana to, kaffah
yang dikatakan akhlak yang mulia? Adalah menegakkan tauhid, karena
ketika tauhidnya bagus maka akhlak akan menyertai, maka bila ada orang
yang akhlaknya rusak maka aqidahnya rusak,” jelasnya.
Ustadz
muda yang aktif berdakwah di jalur pantura ini juga menyampaikan, sejak
lahirnya demokrasi sudah cacat, maka siapa pun yang mengikutinya juga
cacat.
“Sistem
parelemen adalah sistem demokrasi, demokrasi adalah konsep atau nama
yang dibuat oleh kafir, yang oleh orang-orang kafir sendiri sekelas
Plato dan Aristoteles mengatakan demokrasi dari lahirnya sudah cacat.
Maka para pelaku demokrasi itu adalah orang-orang cacat, maka bila ada
seorang ustadz yang mengikuti demokrasi adalah ustadz cacat itu,”
tegasnya.
Di hadapan ratusan jamaah yang hadir saat itu, beliau juga memberikan tamsil kepada jamaah dengan amat jelas.
”Demokrasi
itu yang menciptakan orang kafir, maka siapapun yang masuk ke dalam
sistem itu, dia harus mengikuti sistem itu, aktivis dakwah begitu masuk
demokrasi maka dia seperti comberan dan kotoran,” imbuhnya.
Ustad
yang mengambil S1 dan S2 di universitas Al-Azhar Kairo, Mesir ini juga
memberikan sebuah kritik yang tajam bersangkutan para aktivis dakwah
yang masuk kedalam parlemen.
“Kelakuanya
di palemen kok rusak, mungkin kelakuanya sebelum masuk ke dalam
parlemen itu bagus, tapi ketika dia masuk ke dalam sistem yang rusak dia
akan menjadi rusak. Segelas susu kalo belum tercampur apa-apa, indah
dan sangat enak untuk di minum. Begitu susu ini njenengan (antum) masukan ke comberan yang bercampur dengan kotoran kotoran itu, dia akan berubah tidak karuan (tidak menentu).
Sama,
aktivis dakwah yang masuk identik dengan comberan, dia menjadi comberan
seperti dimana dia berada dan itu berbahaya. Maka aktivis dakwah jangan
coba-coba berpikir untuk menjadi kaya atau ingin merubah Indonesia
dengan parlemen, tidak akan pernah bisa!” tuturnya.
Bahkan
ustadz yang sempat jadi pimpinan pondok pesantren Muhammadiyah di Klaten
beberapa tahun lalu itu juga menerangkan dengan jelas hukum demokrasi.
“menjadi
angota DPR tanpa akhlak maka akan hancur, dan ciri DPR yang berakhlak
adalah keluar dari DPR, demokrasi itu haram. Begitulah dahulu saya
memahami, tapi sekarang hukum demokrasi adalah kufur,” ujarnya.
Ustad
yang sekarang lebih memilih berwiraswata dan berjualan di pasar
traditional dari pada masuk sistem tapi berkoalisi dengan kekafiran ini,
memang sangat tegas dalam ceramah-ceramahnya. Sehingga sebagian aktivis
Islam di sekitar, Pati, Kudus, Rembang dan Blora banyak yang menyebut
beliau “Singa Tauhid dari Pantura” karena gencarnya beliau dalam
mengkampanyekan pentingnya tauhid dan kafirnya sistem demokrasi.
Semoga umat islam indonesia makin sadar bahwa tak mungkin demokrasi menjadi pijakan dalam memperjuangkan Islam. Wallhu a’lam bisshawab. [Kyai Samping Lepen]
0 komentar for "Demokrasi Cacat Sejak Lahir, Ustadz Pengikut Demokrasi Ustadz Cacat"
Leave a reply