Menunggu Jihad NU terhadap (Perilaku) Laki-laki yang Berisiko Tertular HIV/AIDS
Posted by Unknown on Rabu, 17 April 2013 | 0 komentar
Menunggu Jihad NU terhadap (Perilaku) Laki-laki yang Berisiko Tertular HIV/AIDS, Tingkat Kelakuan dan Perbuatan para Seks bebas Terinveksi HIV / AIDS, Darurat HIV / AIDS, Awas Virus HIV / AIDS Mengancam Untul undut bebas, Waspada Kentu Sembarangan.
Tanggapan Berita
(18/4-2013) – “Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah
tengah mewanti-wanti sekaligus menyerukan jihad melawan virus HIV-AIDS.
Penyakit HIV-AIDS yang tergolong penyakit mematikan dan dampak yang
sudah membesar menjadikan NU berfikir untuk berupaya menanggulangi
dengan seruan jihad.” Ini lead pada berita “NU Jateng Serukan Jihad Melawan HIV/AIDS” di NU Online (16/4-2013).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada lead berita tsb., al.,
Pertama,
yang perlu dilawan dengan jihat baukan HIV/AIDS, tapi perilaku orang
per orang yang berisiko tinggi tertular HIV. Misalnya, perilaku
laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa
kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti
atau dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti
pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK di lokasi atau lokalisasi
pelacuran dan jalana), serta PSK tidak langsung (yaitu perempuan yang
melayani hubungan seksual, seperti cewek disko, cewek kafe, cewek pub,
cewek pemijat, mahasiswi, ABG, cewek gratifikasi, ibu-ibu, dll.).
Pada
Gambar 1 terlihat jelas perilaku sebagian laki-laki dewasa, termasuk
yang beristri, yang menerima cewek gratifikasi. Ada anggapan bahwa
hubungan seksual tanpa kondom dengan cewek gratifikasi tidak berisiko
tertular karena cewek tsb. bukan PSK. Memang, cewek gratifikasi bukan
PSK, tapi praktek hubungan seksual yang dilakukan cewek gratifikasi
persis sama dengan yang dilakukan PSK.
Ada
laki-laki beristri yang menularkan HIV kepada cewek gratifikasi, tan ada
pula laki-laki beristri yang tertular HIV cari cewek gratifikasi.
Kasus kumulatif
HIV/AIDS secara nasional sejak 1 April 1987 sd. 31 Desember 2012
dilaporkan Kemenkes RI mencapai 143.899 yang terdiri atas 98.390 HIV
dan 45.499 AIDS dengan 8.235 kematian. Sedangkan di Prov Jawa Tengan
dilaporkan 7.456 yang terdiri atas 4.641 HIV dan 2.815 AIDS. Jumlah ini
menemaptkan Jawa Tengah pada peringkat ke-6 secara nasional dalam
jumlah kasus AIDS.
Laki-laki
beristri yang menularkan HIV kepada cewek gratifikasi dan Laki-laki
beristri yang tertular HIV dari cewek gratifikasi menjadi mata rantai
penyebaran HIV di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom
di dalam dan di luar nikah kepada istri-(istri)nya atau pasangan seks
lain.
Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak istri yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Mereka al. tertular dari suaminya.
Celakanya,
pemerintah tidak mempunyai program yang konkret untuk mencegah
penularan HIV dari suami kepada istri. Nah, kalau NU mau melakukan
jihad, maka lakukanlah terhadap laki-laki penerima gratifikasi seks.
Di
Gambar 2 bisa dilihat perilaku sebagian laki-laki beristri yang berisiko
tertular HIV. Hubungan seksual tanpa kondom yang dilakukan suami-suami
terhadap waria, PSK langsung, PSK tidak langsung dan cewek gratifikasi
seks tidak bisa diintervensi.
Intervensi
tidak bisa dilakukan karena hubungan seksual denganm waria, PSK tidak
langsung, dan cewek gratifikasi seks tidak bisa dijangkau. Praktek
pelacuran dilakukan dengan berbagai cara dan terjadi di sembarang tempat
dan sembarang waktu.
Sedangkan
intervensi terhadap hubungan seksual yang dilakukan suami-suami
terhadap PSK langsung tidak juga bisa diintervensi karena tidak ada
lokalisasi pelacuran yang ditangani sehingga program penanggulangan
yabng konkret tidak bisa dijalakan.
Untuk
itulah NU bisa melakukan jihad yaitu menjalankan intervensi berupa
memaksa suami-suami yang perilakunya berisiko tertular HIV agar memakai
kondom jika sanggama dengan istrinya. Langkah lain adalah menjalankan
pencegahan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya. Ini perlu pula program yang konkret dan sistematis untuk mendeteksi HIV/AIDS pada perempuan hamil.
Celakanya, pemerintah pun tidak mempunyai program yang sistematis untuk mendeteksi HIV/AIDS pada perempuan hamil.
Kedua,
pernyataan bahwa penyakit HIV-AIDS yang tergolong penyakit mematikan
adalah ngawur karena belum ada kasus kematian pengidap HIV/AIDS karena
HIV atau AIDS. Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) terjadi karena
penyakit lain, disebut infeksi oportunistik, seperti diare dan TBC,
yang muncul di masa AIDS yaitu setelah tertular antara 5-15 tahun.
Tedi Kholiludin, selaku Koordinator Sub Recipient (SR) PWNU Jateng, mewanti-wanti
agar para aktivis sosial yang bergerak dalam penanggulangan HIV agar
bisa mengajak masyarakat untuk menanggulangi penyebaran virus HIV-AIDS.
Tidak
semua orang berperilaku yang berisiko tertular dan menularkan HIV,
sehingga yang diperlukan adalah langkah konkret untuk menurunkan insiden
infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa yang melacur dengan PSK
langsung.
Tapi, Tedi boleh-boleh saja menampik: Di Jateng tidak ada pelacuran!
Tedi
benar. Tapi, tunggu dulu. Yang tidak ada adalah lokalisasi yang
ditangani oleh instansi, seperti dinas sosial. Sedangkan praktek
pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.
Diseburtkan pula oleh Tedi: “Jangan sampai virus HIV/AIDS terus menyebar ke masyarakat.”
Sejak
awal epidemi HIV/AIDS penyebaran HIV sudah terjadi di masyarakat. Kasus
HIV/AIDS yang terdeteksi pada laki-laki gay, PSK dan waria terjadi pada
masyarakat karena mereka adalah bagian dari keluarga di masyarakat.
Lagi
pula kalau tidak ada intervensi yang konkret terhadap praktek pelacuran,
maka HIV/AIDS akan terus menyebar ke masyarakat melalui laki-laki yang
melacur tanpa kondom dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung.
Disebukan
bahwa Suwandi Sawadi, Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Jawa Tengah (KPA
Jateng), mengatakan penanggulangan HIV tidak bisa hanya ditindaklanjuti
dengan lembaganya saja.
Pertanyaan
untuk Suwandi: Apa langkah konkret KPA Jateng untuk menurunkan insiden
infeksi HIV baru pada laki-laki melalui hubungan seksual dengan PSK?
Tentu
saja jawabannya tidak ada! Bahkan, dalam Perda AIDS Prov Jateng tidak
ada satu pasal pun yang memberikan cara penanggulangan yang konkret
(Lihat: Perda AIDS Provinsi Jawa Tengah Mengabaikan (Lokalisasi) Pelacuran- http://www.aidsindonesia.com/2012/08/perda-aids-provinsi-jawa-tengah.html).
Disebutkan
pula Koordinator Program Sub Recipient NU Jateng, dr. Lies Agustin,
berharap tidak akan ada lagi penularan inveksi HIV baru, tidak ada
kematian akibat HIV/AIDS dan mengurangi/menghilangkan diskriminasi
akibat penyakit HIV.
Pertanyaan untuk dr Lies: Apa yang Anda lakukan secara konkret agar tidak akan ada lagi penularan inveksi HIV baru?
Pernyataan
seperti itu hanyalah jargon moral yang menjadi konsumsi retorika
politis. Penanggulangan HIV/AIDS memerlukan langkah yang konkret dan
sistematis bukan retorika moral.***
- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap
Sungguh Mengerikan Negara Indonesia bila hal ini dibiarkan terus, tampak seperti diBIARKAN tanpa ada Program yang nyata untuk memberantas Prilaku Seks bebas tanpa aturan dengan lawan jenis yang tingkat penyebaran HIV / AIDS RESIKO tinggi. Seharusnya Pemerintah bertindak super nyata dengan sistem aturan super ketat ! . Atau HAL ini dibiarkan karena ada POLITIK BUSUK dibalik ini semua, atau ada POLITIK KAFIR yang ingin rakyat INDONESIA mayoritas Islam agar Hancur dari dalam denga cara diBiarkan sistem Aturan yang buruk !.
Ini SANGAT IRONIS ! coba kita PIKIRKAN NASIB KAUM ISTRI YANG BERSIH SUCI TIDAK PERNAH SEKS BEBAS TAPI TERINFEKSI VIRUS HIV / AIDS AKIBAT SUAMINYA YANG SUKA SEKS BEBAS TIAP HARI DENGAN PARA PELACUR ATAU PSK YANG KENA HIV / AIDS !!!! BELUM LAGI NASIB ANAKNYA YANG TIDAK BERDOSA IKUT MENANGGUNG DERITA !!!! SANGAT IRONIS !! KALAU SISTEM TETAP SEPERTI INI DAN HIV / AIDS TIDAK BISA DI KONTROL MAKA SAYA YAKIN ADA PIKAH KE TIGA YANG INGIN INDONESIA HANCUR ! dengan kata lain agar Mayoritas Islam di SERANG ATAU DI BANTAI SECARA HALUS DENGAN CARA MEMBIARKAN SISTEM PENANGANAN YANG SEPERTI SAAT INI !!!! MENGERIKAN !!!!
Berikut ini SISTEM SOLUSI YANG BISA DI LAKUKAN PEMERINTAH :
- Setiap Individu diWAJIBKAN mengeCEK DARAH MAKSIMAL 1 TAHUN SEKALI atau 1Bulan sekali. LALU DILAPORKAN HASILNYA KE KELURAHAN, LALU BILA PELAPOR TERKENA POSITIF HIV-AIDS MAKA HARUS DI TULIS DI KTP. jadi di KTP ada tulisan HIV-AIDS : Positif. INI SANGAT PENTING UNTUK MEMANTAU, BAIK PEMERINTAH, ISTRI ATAU SUAMI BIAR TAU KONDISI KESEHATAN RUMAHTANGGA AGAR ANAK TIDAK IKUT JADI KORBAN. nb : bila ada dokter yang memalsukan hasil cek darah maka dia harus dihukum MATI. !!!
- BERANTAS ATAU HAPUS DENGAN CARA MENGGUSUR TEMPAT LOKALISASI HIV. lebih baik lagi PEMERINTAH MEMBERIKAN PEKERJAAN yang layak.
- PARA PASANGAN YANG INGIN MENIKAH DI HARUSKAN DAN MENJADI SYARAT UNTUK MENGECEK DARAH DULU SEBELUM PERNIKAHAN DIMULAI. INI PENTING UNTUK MENJAGA SALAH SATU PASANGAN YANG TIDAK TERKENA HIV-AIDS. KAN KASIHAN PASANGAN YANG JADI KORBAN BELUM LAGI ANAKNYA.
- TARUH PELAJARAN TENTANG BAHAYA HIV-AIDS DI SEKOLAHAN DARI KELAS 4 SD SAMPAI PERGURUAN TINGGI !!!! dan juga DI CANTUMKAN PELAJARAN SEJARAH PERJUANGAN PARA SAHABAT NABI DARI KELAS 1 SD SAMPAI PERGURUAN TINGGI !!!!!! HAL INI PENTING UNTUK PENGETAHUAN TENTANG SOLIDARITAS DAN KESEHATAN.
Sekian POLITIK BUSUK blog INFOBENAR tentang Menunggu Jihad NU terhadap (Perilaku) Laki-laki yang Berisiko Tertular HIV/AIDS
0 komentar for "Menunggu Jihad NU terhadap (Perilaku) Laki-laki yang Berisiko Tertular HIV/AIDS"
Leave a reply