Memenangkan Khofifah-Herman untuk Menjaga Murwah Politik NU
Posted by Unknown on Rabu, 28 Agustus 2013 | 0 komentar
Memenangkan Khofifah-Herman untuk Menjaga Murwah Politik NU | Pemenang Pilgub Jatim 2013 Harus mengedepankan Agama Sebelum Memberi Segala Keputusan | Tujuan Sukses Pemimpin Pilgub Jatim Harus Memberantas Ponodaan Agama. Calon Gubenur yang memakai HIJAB ( Jilbab ) Hanya Khofifah-Herman, Warga NU harus bersatu.
(kompasiana.com) Menindaklanjuti
Hasil Keputusan Dewan Kehormatan Penyelenggaran Pemilu (DKPP) Nomor
74/DKPP-PKE-II/2013 tertanggal 31 Juli 2013, pada hari itu juga, KPU
telah melaksanakan Rapat Pleno, dan mengeluarkan Keputusan KPU Nomor
641/Kpts/KPU/Tahun 2013, mengenai Penetapan pasangan Khofifah Indar
Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja sebagai peserta Pilgub Jawa Timur
tahun 2013.
Keputusan itu jelas
sangat melegakan kita, mengingat betapa sistematisnya gerakan berbagai
pihak untuk menghambat laju Pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman
Suryadi Sumawireja untuk menjadi peserta Pilgub Jawa Timur tahun 2013,
sejak dari tahap pencalonan, yakni dengan terungkapnya upaya jual-beli
dukungan oleh salah satu partai pendukung pasangan ini, yakni Partai
Kedaulatan (PK). Partai dengan perolehan suara sangan kecil, tetapi
begitu besar artinya karena walaupun prosentasenya p[erolehan suara pada
Pemilu 2009 hanya 0,5%, dan tidak mempunyai kursi di DPRD Jawa Timur,
namun jika PK keluar dari dukungan, mengakibatkan pasangan Khofifah
Indar Parawansa Full -Herman Suryadi batal menjadi pasangan calon, karena dukungannya tinggal 14,81%. Artinya, tidak memenuhi syarat minimal untuk mengajukan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yakni 15 %.
Celah inilah yang dimainkan oleh lawan politik Khofifah Indar Parawansa II , yakni upaya pengalihan dukungan dari Partai Kedaulatan kepada pasangan lain, yakni Karwo-Syaufullah
Yusuf (KARSA), sebagaimana terungkap dalam beberapa kesaksian di depan
sidang DKPP, serta pengakuan berbagai pihak yang diupload oleh Tim
Khofifah di situs jejaring sosial Youtube, dan geger di KPU Jawa Timur,
berawal dari hal ini, hingga pada akhirnya, dalam sidang pleno yang
begitu alot, bahkan berujung vooting oleh lima orang Anggota KPU Jawa
Timur, dan pada Minggu (14/7/2013) pukul 23.55 wib, pasangan Khofifah
Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja dinyatakan tidak memenuhi
syarat sebagai peserta Pilgub Jawa Timur tahun 2013.
(http://news.detik.com/surabaya/read/2013/07/15/011128/2302267/466/khofifah-gagal-bertarung-di-pemilihan-gubernur-jatim-dicoret-kpu)
Rupanya, upaya penjegalan itu juga sudah melibatkan penyelenggara
pemilu, yang mestinya, sesuai amanat konstitusi, harus bersikan mandiri.
Pencoretan tersebut
tidak sedikitpun menyurutkan langkah pasangan Khofifah Indar
Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja untuk berhenti berlaga di Pilgub
Jawa Timur. Dengan sigap mereka melaporkan KPU Jawa Timur ke Pengadilan
Tata Usaha Negara serta Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, dan pada
akhirnya, dalam sidang akhir DKPP Tanggal 31 Juli 2013, diputuskan bahwa
sebagaimana tertuang dalam amar Putusan Nomor 74/DKPP-PKE-II/2013, DKPP
memberikan sanksi peringatan pada Ketua KPU Daerah Jawa Timur Andry
Dewanto, dan menghentikan sementara anggota KPU Daerah Jawa Timur.
Selain itu, DKPP juga memerintahkan KPU Pusat untuk memulihkan hak
konstitusional Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawiredja.
Putusan tersebut,
sungguh melegakan, dan menjadi oase bagi pasangan Khofifah Indar
Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja untuk berlaga secara terhormat dalam
perhelatan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah Propinsi Jawa
Timur tahun 2013, apalagi setelah dengan sigap di tindaklanjuti oleh KPU
dengan mengeluarkan Keputusan KPU Nomor 641/Kpts/KPU/Tahun 2013,
mengenai Penetapan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi
Sumawireja sebagai peserta Pilgub Jawa Timur tahun 2013.
Murwah Politik NU
Setidaknya ada lima
alasan pokok, bahwa majunya pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman
Suryadi Sumawireja dalam Pilgub Jawa Timur tahun 2013, harus dipandang
sebagai representasi keinginan atas tegaknya kewibawaan (murwah) politik
NU, antara lain :
Pertama, pasangan
ini diusung oleh para kyai yang memiliki keperdulian tinggi atas
jam’iyyah NU. Dari kalangan pengusung, ada nama KH. Hasyim Muzadi, Rois
Suriyah PBNU, sekaligus Mantan Ketua Umum PBNU dua periode, dan malang
melintang di NU, sejak dari ranting hingga jabatan tertinggi. Beliau
dikenal sebagai kyai yang dekat dengan politik, namun tidak tercemar
oleh wabah politik. Di sana ada juga tokoh besar, Pengasuh Ponpes
Tebuireng Jombang, KH. Solahuddin Wahid, yang juga pernah menjabat
sebagai Anggota Komnas HAM, Ketua PBNU, serta malang melintang di jagad
perpolitikan Indonesia. Komitmen beluai dalam membesarkan NU, sangat
tidak meragukan. Di belakang kedua kyai besar ini, masih banyak barisan
kyai NU lain yang juga berdiri di belakang Khofifah sebagai tim sukses.
Kedua, Khofifah
sendiri, merupakan contoh politisi sukses yang merintis karir
kepolitikan dari bawah, menduduki jabatan menteri dengan prestasi
gemilang, tanpa cacat, tanpa kabar miring, dan yang paling penting,
beliau sampai saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum PP. Muslimat
NU. Kalau bicara Muslimat NU, tentu yang diemban dalam missi NU.
Ketiga, posisi beliau sebagai Calon Gubernur, tentu
lebih membangggakan warga NU bila terpilih, dibanding dengan posisi
yang diperoleh kader NU lainnya, yakni Drs. H. Syaifullah Yusuf, Ketua
PBNU, yang mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur. Selama ini, belum
ada kader NU yang berhasil menduduki posisi Gubernur di Indonesia,
padahal NU itu mayoritas.
Keempat, Jawa Timur
merupakan daerah basis NU paling besar di Indonesia. Selama ini, Jawa
Timur belum pernah dipimpin oleh kader NU. Kalau orang NU, warga NU,
bisa jadi, karena hampir semua penduduk Jawa Timur adalah warga NU,
namun dapat dipastikan bahwa sejak kemerdekaan sampai saat ini, belum
ada kader NU yang menjadi Gubernur di jawa Timur. Menjadikan pemimpin
dari kader sendiri, di basis sendiri, adalah kebanggaan besar, dan
Khofifah merepresentasikan keinginan untuk mewujudkan cita-cita
tersebut.
Kelima, pasangan
Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja diusung oleh partai
yang secara resmi dideklarasikan oleh NU, yakni PKB dan merupakan partai
di Indonesia yang paling merepresentasikan kepentingan politik NU.
Posisi PKB sebagai pendukung utama pasangan ini sungguh suatu yang
stategis. Ia merupakan partai pengusung terbesar, dan satu-satunya
partai pengusung yang lolos menjadi peserta Pemilu pada Pemilu 2014.
Dengan demikian, maka semua unsure PKB sampai struktur paling bawah
dapat secara optimal digerakkan untuk pemenangan pasangan ini,
sebagaimana kemenangan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sujatmoko dalam
Pilgub jawa Tengah, yang lebih dominan dilakukan oleh mesin politik
PDIP. Dalam koalisi tersebut, PKB memang paling besar, tetapi ia tidak
bisa sendiri, karena tanpa adanya partai lain, yang walaupun perolehan
suaranya sangat kecil, PKB bukanlah apa-apa.
Pencalonan pasangan
Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja yang diusung oleh
PKB, partai resmi yang dibuat oleh NU sebagai pemimpin koalisi,
merupakan kebanggaan tersendiri dalam sejarah politik NU, dan
memenangkan pasangan tersebut, sungguh merupakan kebanggaan dalam
menegakkan kewibawaan (murwah) politik NU.
Aksi Bersama Untuk menegakkan Murwah Politik NU
Pemilihan Umum
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Tahun 2013, menjadi titik awal
atas upaya meraih kewibawaan politik kaum Nahdliyyin. Sudah saatnya NU
bicara tentang kekuasaan, karena selama ini warga NU lebih banyak
menjadi obyek keuasaan belaka. Mereka menjadi partisipan dari pemilu ke
pemilu, namun selalu saja, yang berkuasa bukanlah dari kader NU sendiri.
Maka, seluruh potensi NU, terutama di Jawa Timur, harus digerakkan
untuk membantu kemenangan pasangan yang paling merepresentasikan
kepentingan NU.
Segenap potensi PKB, dengan seribu tujuh ratusan calon Anggota DPRD kabupaten, Calon Anggota DPRD Propinsi dan calon
Anggota DPRRI di Wilayah Jawa Timur, harus turut berlomba memanfaatkan
moment ini untuk sekaligus membantu kampanye untuk pemenangan pasangan
Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja. Memanfaatkan semua
moment, untuk satu cita-cita mulia, menegakkan murwah politik PKB,
karena memang PKB belum memiliki kader yang menduduki jabatan selevel
Gubernur di Indonesia. Partai lain, sudah banyak. Demokrat, Golkar,
PDIP, PAN, bahkan PKS, sudah lebih dulu menempatkan kader-kader
terbaiknya sebagai Gubernur di daerah lain. Jawa Timur, adalah daerah
basis PKB, dan hal itu harus menjadi semangat bersama untuk merebut
kesempatan berharga ini.
Segenap potensi NU,
Badan Otonom, dan lembaga, terutama Muslimat NU di Jawa Timur, yang
dikenal memiliki massa fanatik, inilah saat paling tepat untuk membela
kepentingan NU, menegakkan kewibawaan/murwah politik
NU, dengan menjadikan kader terbaiknya sebagai gubernur. Berbagai forum
silaturrahmi organisasi, pengkaderan, majlis taklim, dan seabrek
kegiatan rutin NU di Jawa Timur, untuk mensosialisasikan pentingnya
merebut posisi Gubernur Jawa Timur. Posisi Gubernur, tentu lebih menarik
daripada posisi Wakil Gubernur. Posisi Gubernur, tentu lebih
membanggakan daripada posisi Wakil Gubernur.
Segenap aktifis NU
dan PKB di luar Jawa Timur, mari bersama mendukung kemenangan pasangan
Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja dalam Pilgub Jawa
Timur tahun 2013, dengan memberikan apapun yang kita bisa. Jika kita
memiliki teman, saudara, jaringan di Jawa Timur, ajak mereka untuk turut
memenangkan kader NU dalam Pilgub tersebut. Bagi yang memili8ki
keleluasaan rizki, mari, masing-masing daerah melakukan pengumpulan dana
untuk disumbangkan kepada Tim Kampanye pasangan Khofifah Indar
Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja, sekali lagi, untuk membantu
menegakkan murwah, wibawa, kebanggaan, politik NU, dan kita mulai dari
Jawa Timur.
Kalau kita membantu
kemenangan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja
dalam Pilgub Jawa Timur tahun 2013 dengan niat untuk membesarkan NU,
mudah-mudahan kita termasuk orang yang didoakan oleh Rois Akbar
Nahdlatul Ulama, Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari melalui KH. Abdul
Karim Lirboyo Kediri, dan disampaikan oleh KH. Nur Badri, Katib Suriyah
PCNU temangggung, yakni : “Sopo kang gelem ngrumati bayiku, yo iku
NU, tak anggep dadi santriku. Kabeh santriku, tak dongakke khusnul
khotimah sak dzuriyyaeh” (siapa saja yang mau mengurusi bayiku,
yakni NU, akan dianggap sebagai santiku, dan semua santriku saya doakan
khusnul khotimah hingga anak turunnya. Amin….
Cilacap, 01 Agustus 2013
MOH. TAUFICK HIDAYATTULLOH
Caleg DPR RI Nomor Urut 3, Dapil Jateng VIII (Cilacap-banyumas), PKB.
postingan selesai .....
Siapapun yang menang, saya berharap DAHULUKAN KEPENTINGAN RAKYAT DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI !!!! JIKA TIDAK MAMPU MAKA TIDAK USAH MENCALONKAN SEBAGAI PEMIMPIN !!!!!
artikel ini tentang Memenangkan Khofifah-Herman untuk Menjaga Murwah Politik NU
0 komentar for "Memenangkan Khofifah-Herman untuk Menjaga Murwah Politik NU"
Leave a reply